Sondag 26 Mei 2013

keong mas

KEONG MAS
Klasifikasi:
Kingdom         : Animalia
Filum               : Moluska
Kelas               : Gastropoda
Ordo                : Mesogastropoda
Famili             : Ampullariidae
Genus              : Pomacea
Spesies            : Pomacea canaliculata

Diskripsi:
Keong mas (Pomacea canaliculata) adalah siput sawah dengan warna cangkang keemasan yang dianggap sebagai salah satu hama dalam produksi padi. Keong mas disebut hama karena menjadi pemakan tanaman padi di areal persawahan dan telurnya yang menempel pada batang padi menyebabkan tanaman padi mati. Keong mas memiliki karakteristik khusus yang dapat digunakan untuk membedakan dengan keong-keong jenis lain yang hidup pada habitat yang sama. Keong mas dewasa memiliki cangkang berwarna coklat dan daging berwarna  putih krem hingga kemerah-merahan. Ukuran tubuhnya bervariasi dan tergantung pada ketersediaan makanan. Makanan keong mas umumnya berupa tanaman yang masih muda dan lunak, misalnya bibit padi, sayuran, dan enceng gondok. Keong mas hidup di kolam, sawah beririgasi dan kanal. Keong mas membenamkan diri pada tanah lembab selama musim kering. Keong mas dapat bertahan hidup hingga 6 bulan dengan cara menutup operkulum dan membenamkan diri dalam tanah. Keong mas menjadi aktif kembali ketika tanah tempat hidupnya tergenang air. Keong mas dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang keras, misalnya pada perairan tercemar atau perairan yang memiliki kandungan oksigen terlarut rendah, karena keong mas memiliki insang (ctenidium) dan organ menyerupai paru-paru, sehingga dapat bertahan hidup di dalam dan di luar air
(DA-PhilRice 2001).

Komposisi Kimia Keong Mas (Pomecea canaliculata), keong mas cukup potensial sebagai sumber protein hewani. Keong mas memiliki kandungan gizi lain yakni kalori dan karbohidrat. Keong mas juga mengandung vitamin dan mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Beberapa mineral yang ditemukan dalam daging keong mas antara lain kalsium, natrium, kalium, fosfor, magnesium, seng, dan zat besi. Salah satu tabel yang menunjukkan kandungan mineral daging keong mas (Pambudi 2011). Kandungan mineral keong mas sebagai berikut:









Komposisi
Jumlah
mineral makro

mg/100 gr
mineral mikro

mg/100 gr
Kalsium
7593,81

Besi
44,16

Natrium
620,84

Kalium
24,84

Selenium
Tidak terdeteksi

Fosfor
1454,32

Tembaga
Tidak terdeteksi

Magnesium
238,05


Lemak pada daging keong mas akan mengalami beberapa perubahan setelah keong mas mati, salah satunya adalah autooksidasi lemak. Autooksidasi yang terjadi menyebabkan perubahan bau, warna dan tekstur. Ketengikan merupakan indikator utama dari kerusakan lemak dan minyak. Proses oksidasi lemak yang menimbulkan aroma tengik membuat makanan menjadi tidak enak. Proses autooksidasi lipid melalui tiga tahap reaksi yaitu inisiasi, propagasi dan terminasi. Inisiasi ditandai dengan terlepasnya atom hidrogen dari molekul asam lemak (LH) sehingga terbentuk radikal bebas alkil (L-). Tahap propagasi yaitu saat radikal bebas alkil yang terbentuk pada tahap inisiasi bereaksi dengan oksigen atmosfer membentuk radikal bebas peroksi (LOO-). Radikal bebas peroksi yang terbentuk bereaksi dengan atom hidrogen yang terlepas dari asam lemak tidak jenuh lain membentuk hidroperoksida (LOOH). Antioksidan (AH) dapat memberikan atom oksigen pada radikal bebas peroksi (LOO-) dan membentuk radikal lemak yang lebih stabil (LOOH). Turunan radikal antioksidan (A-) juga bersifat stabil sehingga tidak membentuk radikal yang baru. Tahap terminasi terjadi saat adanya penggabungan radikal-radikal bebas membentuk
produk non radikal yang stabil (Akoh & Min 2008).

            Keong mas (Pomacea canaliculata) dapat bermanfaat untuk meningkatkan kecerdasan, meningkatkan libido, dan obat liver. Keong mas mengandung asam omega 3, 6 dan 9. Hasil uji proksimat, kandungan protein pada keong mas 57,76 %. Kandungan protein yang tinggi dapat digunakan sebagai pakan belut karena belut merupakan hewan karnivora sehingga membutuhkan pakan dengan kadar protein yang tinggi. Selain banyak mengandung protein, hewan dari keluarga moluska ini juga kaya akan kalsium. Penggunaan keong mas untuk pakan itik terbukti mampu menaikkan hasil telur hingga 80 %. Pemberian pakan sekitar 4,5 % tepung keong mas pada sapi potong juga memberikan hasil pertumbuhan yang baik dan tingkat keuntungan paling tinggi dibandingkan pemberian pakan lain. Sebagai pakan ikan, penggantian kandungan tepung ikan menjadi tepung keong mas sebanyak 25-75% memberikan pengaruh cukup baik terhadap laju pertumbuhan harian individu, efisiensi pakan, retensi protein, dan retensi lemak (Ruslan dan Harianto 2009)

Habitat keong mas
Secara morfologi atau zoologi, keong emas termasuk kelas moluska. keong mas memiliki nama latin Pomacea canaliculata Lamarck. Dibeberapa daerah keong mas dikenal sebagai siput murbai. Jenis siput ini berasal dari Amerika Latin, kemudian masuk ke Asia Tenggara sekitar tahun 1981-an, awalnya diperkanalkan sebagai jenis makanan protein hewani baru. Ternyata hewan ini berkembang-biak dengan pesat, sehingga berubah menjadi hama potensial bagi tanaman padi berusia muda di negara-negara Indonesia, Filipina, Kamboja, Thailand dan Vietnam. Dibeberapa daerah hama keong emas menjadi musuh utama para petani padi, sehingga untuk mengendalikannya ditempuh berbagai cara, mulai dari pemungutan keong dan penghancuran telurnya, penggunaan semut merah semut merah untuk memakan telor keong, penggunaan bebek untuk memakan keong muda, penggunaan tanaman beracun, sampai penggunaan pestisida. Hal itu karena kemampuan berkembang-biak keong emas yang luar biasa, sebagai gambaran seekor keong emas betina mampu menghasilkan 15 kelompok telur dalam sekali siklus hidup berkisar antara 60-80 hari. Ternyata setiap kelompok telur berisi 300 - 500 butir. Pertambahan populasinya juga yang luar biasa, di mana seekor keong mas dewasa bisa menghasilkan 1000-1200 telur dalam setiap bulannya.
Keong mas satu famili dengan keong lokal, yaitu keong gondang Pila ampullaceae (Marwoto, 1997). Famili Ampullariidae yang merupakan siput air tawar. Siput ini berbentuk bundar atau setengah bundar. Rumah siput berujung pada menara pendek dengan 4-5 putaran kanal yang dangkal. Pada mulut rumah siput terdapat penutup mulut yang disebut operculum yang kaku. Keluarga siput Ampullaridae berukuran besar, rumah siput bias mencapai 100 mm.
Keong mas sebagai fauna pendatang mudah dibedakan dari keong gondang, baik dari bentuk maupun ukuran rumah siput dan warna kelompok telur. Persamaan antara keong gondang dengan keong mas adalah pada bentuk rumah siput dan kelompok telur. Kelompok telur keong mas berwarna merah muda yang diletakkan diatas permukaan air, sedangkan kelompok telur keong gondang berwarna putih yang diletakkan di bibir permukaan air. Telur keong gondang lebih besar dari keong mas, tetapi jumlah telur untuk tiap kelompok sedikit. Satu kelompok telur keong gondang hanya terdiri atas 15-35 butir (Djayasasmita, 1987).
Pomacea canaliculata secara morfologi ditandai oleh karakteristik sebagai berikut: rumah siput bundar dan menara pendek, rumah siput besar, tebal, lima sampai enam putaran didekat menara dengan kanal yang dalam, mulut besar dengan bentuk bulat sampai oval, operculum tebal rapat menutup mulut, berwarna cokelat sampai kuning muda, bergantung pada tempat berkembangnya, dagingnya lunak berwarna putih krem atau merah jambu keemasan atau kuning orange. Operculum betina cekung dan tepi mulut rumah siput melengkung kedalam, sebaliknya operculum jantan cembung dan tepi mulut rumah siput melengkung keluar.













          Lebih mengetahui kemampuan aestivasi dan sensitivitas keong mas terhadap kekeringan, dilakukan percobaan laboratorium menggunakan Rancangan Acak Blok. Hewan percobaan dibagi 3 kelas yaitu kecil (tinggi cangkang 18-23 mm), sedang (tinggi cangkang 28-33 mm) dan besar (tinggi 38-43 mm). Perlakuan keong ditempatkan dalam wadah yang berlumpur kering ukuran 3x3x0,5 m dan tinggi 30 cm. Perlakuan berikutnya keong ditempatkan dalam ember plastik tanpa air dan disimpan di dalam/luar ruangan, serta dengan/tanpa mulsa penutup. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keong mas ukuran kecil akan mencapai mortalitas 50 persen setelah aestivasi 3 bulan dan 100 persen setelah 6 bulan, keong sedang 4,5 bulan dan 6 bulan, keong besar 6,5 bulan dan 12 bulan. Keong ukuran kecil yang disimpan tanpa air selama 1,5 bulan akan mati 50 persen dan setelah disimpan lebih 3 bulan akan mati semua (100 persen). Ukuran sedang akan mati 50 persen bila disimpan tanpa air selama 4 bulan, sedangkan keong besar mati 50 persen setelah 4 bulan dan setelah itu tidak akan tahan hidup. Untuk pengendalian keong mas sebaiknya dilakukan pemungutan keong, dan kemudian mematikannya.





Geen opmerkings nie:

Plaas 'n opmerking